BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keseimbangan struktur perekonomian merupakan faktor utama dalam mencapai sasaran pembangunan dan salah satu ciri strategi pembangunan yang harus dimiliki Indonesia yang mempunyai potensi sebagian dari sektor pertanian yaitu kebijaksanaan pembangunan yang menjaga keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri dalam bentuk agroindustri. Paparan ini sesuai dengan progam jangka panjang pembanguna ekonomi di Indonesia yaitu mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara sektor industri dan pertanian.
Perekonomian Indonesia ditinjau dari sudut pandang makro bukan hanya dipengaruhi oleh perekonomian yang terjadi di dalam negeri namun juga perekonomian di negara-negara maju serta negara tujuan ekspor karena Karakteristik Perekonomian Indonesia yang termasuk dalam kriteria “Small Open Economy ” menyebabkan dinamika yang terjadi dalam perekonomian global dapat memengaruhi perekonomian domestik. Terjadinya keseimbangan pasar keuangan nasional dengan pasar keuangan internasional, sebagaimana negara-negara emerging markets lainnya, memberi tantangan tersendiri bagi keseimbangan eksternal perekonomian Indonesia. Ruang lingkup perekonomian dari ekonomi makro lebih luas cakupannya seperti tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar rupiah adalah variabel yang mempengaruhi unsur-unsur di dalam permintaan agregat yang meliputi konsumsi privat, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Dengan semakin membaiknya ketiga variabel tersebut, maka permintaan agregat juga akan mengalami perbaikan. Selain permintaan agregat juga terdapat penawaran agregat yaitu pasar tenaga kerja dan teknologi atau IPTEK. Agregat demand dan agregat supply memiliki masing proporsi 50 persen dalam agregat perekonomian Indonesia, sehingga penanganannya harus seimbang agar perekonomian nasional dapat berkembang seusai dengan keinginan pemerintah agar masyarakat sejahtera.
Kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2012 diperkirakan oleh banyak pihak sebagai lebih baik daripada beberapa tahun sebelumnya. Economic outlook yang optimistik dikeluarkan oleh Pemerintah, Bank Indonesia, para ekonom, serta lembaga internasional. Optimisme itu bersumber dari pencapaian variable makroekonomi tahun 2010 yang sedikit melebihi harapan, disertai prediksi kondisi perekonomian dunia yang diyakini akan semakin membaik, setelah dua tahun sebelumnya terpengaruh oleh krisis keuangan di beberapa Negara maju. Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2010 secara umum memang melebihi harapan target ekonomi, Data yang dikeluarkan BPS baru-baru ini memperlihatkan perkembangan perekonomian makro yang menuju perbaikan. Peningkatan pun dinilai berdukungan sumber pertumbuhan yang makin berimbang, diantaranya tercermin pada peran investasi dan ekspor yang meningkat. Semua di dukung oleh arus masuk modal asing yang besar, kondisi makroekonomi yang kondusif. Ditengah perekonomian yang membaik tersebut, pelaku ekonomi masih mengakui akan adanya beberapa tantangan utama dalam perumusan kebijakan, yaitu aliran masuk modal asing yang deras, ekses likuiditas yang tinggi, tekanan inflasi yang cenderung meningkat, efisiensi dan daya saing sektor perbankan yang masih rendah serta berbagai kendala di sektor riil.Tantangan terkait dengan aliran masuk modal asing yang deras tidak terlepas dari pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut.

1.2 Rumusan Masalah
1)      Apa pengertian permintaan-penawaran Agregat (AD-AS) ?
2)      Bagaimana Analisis permintaan-penawaran Agregat (AD-AS) ?
3)      Bagaimana kurva permintaan-penawaran agregat (AD-AS) ?
4)      Bagaimana keseimbangan permintaan- penawaran agregat (AD-AS) ?
1.3 Tujuan Masalah
1)      Untuk mengetahui pengertian permintaan-penawaran agregat (AD-AS)
2)      Untuk mengetahui analisis permintaan-penawaran agregat (AD-AS)
3)      Untuk mengetahui kurva permintaan-penawaran agregat (AD-AS)
4)      Untuk mengetahui keseimbangan permintaan-penawaran agregat (AD-AS)?

2.1 Pengertian Agregat Demand dan Agregat Supply
2.1.1 Agregat Demand
            Istilah Agregat Demand (Permintaan Agregat) didefinisikan sebagai tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam ekonomi pada berbagai tingkat harga. Dengan demikian arti “permintaan agregat” adalah sangat berbeda dengan “pengeluaran agregat” karena dalam pengertian pengeluaran agregat berbeda dengan pengertian permintaan agregat yakni pengeluaran agregat menggambarkan tentang hubungan antara pengeluaran yang akan dilakukan dalam perekonomian dengan pendapatan nasional, dalam hubungan tersebut dimisalkan dengan harga-harga tidak mengalami perubahan. Dengan demikian kedua konsep tersebut mempunyai arti yang sangat berbeda.
2.1.2 Agregat Supply
            Istilah Penawaran Agregat (Aggregate Supply) didefinisikan sebagai jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam suatu Negara pada suatu tahun tertentu. Penawaran Agregat meliputi pendapatan nasional-atau barang dan jasa yang dikeluarkan didalam negeri, ditambah dengan barang dan jasa yang diimpor.[1]

2.2 Analisis Permintaan Agregat – Penawaran Agregat (AD-AS)
            Analisis AD-AS merupakan model penentuan keseimbangan dengan menggunakan pemisahan harga berubah. Dalam analisis AD-AS, Penawaran Agregat dibedakan atas :
1.       Penawaran Agregat Jangka Pendek ( Short Run Aggregate Supply) atau SRAS.
      Kurva SRAS adalah kurva yang terus menerus melengkung ke atas dan memotong garis tegak pada Yf , kurva AS semakin tinggi tingkat kenaikannya. Berbentuk horizontal, karena upah dan harga kaku pada tingkat yang sudah  ditentukan sebelumnya. Karena itu, pergeseran dalam permintaan agregat mempengaruhi output dan kesempatan kerja.

2.       Penawaran Agregat Jangka Panjang ( Long Run Aggregate Supply) atau LRAS.
      Dalam jangka panjang, kurva penawaran agregat berwujud vertical karena output di tentukan oleh jumlah modal dan tenaga kerja serta ketersediaan teknologi, tetapi tidak oleh tingkat harga. Karena itu, pergeseran permintaan agregat mempengaruhi tingkat harga tetapi tidak output atau kesempatan kerja.[2]
Gambar 1 Bentuk Kurva Penawaran Agregat SRAS dan LRAS


2.3  Kurva Permintaan Agregat (AD) dan Kurva Penawaran Agregat (AS)
2.3.1 Kurva Permintaan Agregat (AD)
            Kurva permintaan agregat AD menggambarkan hubungan di antara tingkat harga dengan barang dan jasa yang akan dibeli (dalam nilai riil) dalam perekonomian.[3] Dalam menggambarkan kurva permintaan sederhana kita mengasumsikan bahwa harga lain dan pendapatan itu tetap. Dari asumsi ini, akan terlihat bahwa penyebab kuantitas yang diminta atas barang tertentu turun ketika harga naik adalah karena harga barang lain tidak naik. Barang yang dibicarakan ini oleh sebab itu menjadi lebih mahal relatif terhadap barang lain, dan rumah tangga menanggapinya dengan mengganti baranng yang harganya naik dengan barang lain. Di samping itu, jika pendapatan tidak naik ketika harga suatu barang naik, pendapatan riil akan turun. Ini mungkin juga menyebabkan kuantitas yang diminta atas barang yang harganya naik lebih rendah.[4]
Gambar 2 Bentuk Kurva Permintaan Agregat (AD)

2.3.2 Sifat utama kurva Agregat Demand
            Kurva Agregat Demand selalu merupakan suatu garis yang menurunkan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Artinya semakin rendah tingkat harga, semakin besar permintaan agregat yang wujud dalam perekonomian. Sifat kurva Agregat Demand yang menurun krbawah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut
1.      Tingkat Harga dan Pengeluaran Rumah Tangga
Dalam suatu waktu tertentu tingkat pendapatan nominal masyarakat adalah tetap. Tingkat gaji dan upah dan jumlah kesempatan kerja akan menentukan jumlah pendapatan yang diterima masyarakat pada suatu waktu tertentu. Apabila tingkat harga berbeda, daya beli pendapatan yang diperoleh itu adalah berbeda. Semakin rendah tingkat harga, semakin banyak barang dan jasa dapat dibeli. Dengan kata lain, nilai riil pengeluaran agregat akan semakin meningkat apabila tingkat harga semakin rendah.
2.      Tingkat Harga, Suku Bunga dan Investasi
Pada umumnya terdapat perkaitan yang cukup rapat di antara perubahan tingkat harga dengan suku bunga. Apabila harga adalah stabil, atau tingkat inflasi sangat rendah, suku bunga cenderung akan berada pada tingkat yang rendah. Semakin tinggi inflasi, suku bunga cenderung akan menjadi semakin tinggi. Pemilik modal akan berusaha untuk memperoleh suku bunga riil yang tetap besarnya dan ini dilakukan dengan menuntut suku bunga nominal yang lebih tinggi pada waktu inflasi yang semakin cepat.
Terdapat perkaitan yang rapat pula di antara suku bunga dengan investasi, yaitu semakin tinggi suku bunga akan menyebabkan penurunan dalam investasi. Kemerosotan investasi menyebabkan pengurangan pengeluaran agregat. Dengan demikian kenaikan harga akan menimbulkan proses perubahan berikut :
a)      Harga naik menyebabkan suku bunga naik
b)      Suku bunga naik menyebabkan investasi turun
c)      Investasi yang merosot menyebabkan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional riil merosot
3.      Tingkat Harga, Ekspor dan Impor
Berbagai negara terutama negara-negara yang telah maju sektro industrinya akan mengeluarkan barang yang sama jenisnya. Indonesia dan Thailand dapat memproduksi sepatu, pakaian dan mobil. Oleh karena itu tingkat harga akan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan ekspor dan impor suatu negara. Secara umum dapat dikatakan :
a)      Apabila barang-barang dalam suatu negara adalah relatif lebih murah akan meningkat dan impor berkurang dan sebaliknya
b)      Apabila barang-barang dalam satu negara adalah relatif lebih mahal ekspor akan merosot dan impor meningkat. Berdasarkan sifat ini dapat disimpulkan :
                                                                i.            Kenaikan harga akan menurunkan ekspor neto (ekspor dikurangi impor)
                                         ii.            Pengurangan ekspor neto akan menurunkan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional riil[5]
2.3.3 Kurva Penawaran Agregat (AS)
      Kurva penawaran agregat (AS) memperlihatkan hubungan antara kuantitas agregat output yang ditawarkan oleh semua perusahaan dalam perekonomian dengan tingkat harga keseluruhan. Untuk memahami kurva penawaran agregat, kita perlu memahami sesuatu tentang perilaku perusahaan individual yang membentuk perekonomian.[6]
Gambar 3 Bentuk KurvaPenawaran Agregat (AS)

2.3.4 Ciri-ciri Kurva Agregat Supply
1.      Pada ketika tingkat pengangguran masih tinggi, kurva penawaran Agregat (AS) relatif landai. Maksudnya, penambahan produksi nasional dapat dilakukan perusahaan-perusahaan pada harga yang relatif tetap karena tingkat penggunaan barang modal belum mencapai kapasitasnya yang optimum dna upah masih relatif tetap. Tahap ini dicapai pada bagian AB dari kurva AS.
2.      Dari titik B hingga titik C yaitu titik pada garis tegak pada tingkat kesekmpatan kerja penuh, kurva AS bertambah tingkat kenaikannya. Sebabnya adalah pengangguran sudah semakin merosot dan kapasitas pabrik-pabrik sudah mencapai optimum
3.      Sesudah tingkat kesempatan kerja penuh kurva AS keadaannya semakin tegak.
Kesimpulan : Kurva penawaran Agregat (AS) adalah suatu kurva yang berbentuk melengkung dari kiri-bawah ke kanan-atas dengan tingkat kelenngkungan yang semakin tinggi.
            Kurva penawaran agregat pada hakikatya menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi riil atau pendapatan nasional riil yang akan ditawarkan dan diproduksi oleh semua perusahaan dalam sesuatu perekonomian. Bentuknya yang melengkung ke atas berarti semakin tinggi tingkat harga umum, semakin banyak output nasional yang akan diproduksikan oleh perusahaan-perusahaan dalam perekonomian. Uraian berikut akab menerangkan faktor faktor utama yang menyebabkan bentuk kurva AS yang demikian.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Kurva Agregat Supply
            Dua faktor dapat dipandang sebagai penyebab dari bentuk kurva Agregat Supply yang melengkung ke atas, yaitu : ciri-ciri fungsi produksi dan ciri-ciri pasaran tenaga kerja.
a)      Efek Hukum Hasil Tambahan yang Semakin Berkurang
Untuk memproduksikan barang dan jasa perusahaan-perusahaan memerlukan faktor-faktor produksi yaitu : tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan. Dalam jangka pendek tanah, modal, teknologi dan keusahawanan dianggap tetap dan faktor yang dapat berubah adalah tenaga kerja. Dengan demikian dalam jangka pendek fungsi produksi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut  Q=f(L)
Maksudnya : jumlah output-atau nilai prosduksi riil, ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan.
            Apabila kurva Agregat Supply yang melengkung ke atas tersebut menggambarkan ciri perhubungan berikut : semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah barang yang diproduksikan dan ditawarkan para pengusaha.


b)      Pasaran Tenaga Kerja dan Kurva Penawaran Agregat
Dalam menerangkan efek hukum hasil tambahan yang semakin berkurang ke atas ciri kurva penawaran agregat dimisalkan tingkat upah adalah tetap pada berbagai tingkat penggunaan tenaga kerja. Hal ini hanyalah benar untuk kegiatan suatu perusahaan dalam persaingan sempurna. [7]

2.4 Keseimbangan Permintaan-Penawaran Agregat (AD-AS)
1.      Keseimbangan Makroekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional yang ada didalam analisis AD-AS dinamakan juga sebagai “Keseimbangan Makroekonomi” yang berarti suatu analisis yang menerangkan bagaimana tingkat kegiatan ekonomi, pendapatan nasional rill dan tingkat harga umum  ditentukan. Artinya :
a)       Dalam analisis AD-AS telah memasukan unsur perubahan harga dalam analisis keseimbangannya
b)       Perpotongan dititik E berarti permintaan agregat adalah sama dengan penawaran agregat pada pendapatan nasional rill sebanyak Ye dan pada Pe
c)       Titik E merupakan kesimbangan yang akan di capai dalam perekonomian, karena peusahaan tidak akan menambah atau mengurangi output yang diproduksi
Gambar.4 Keseimbangan Makroekonomi (Keseimbangan AD-AS)[8]


 

2.      Penyebab Perubahan Keseimbangan
            Keseimbangan permintaan agregat penawaran agregat akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan dalam keadaan perekonomian.
a)     Efek Perubahan Kurva AD
            Perubahan dalam permintaan agregat yang tidak diikuti oleh perubahan penawaran agregat akan menimbulkan perubahan harga dan pendapatan nasional rill ke arah bersamaan yaitu kedua-duanya meningkat atau kedua-duanya merosot.
b)    Efek Perubahan Kurva AS
            Analisis mengenai perubahan kurva penawaran agregat AS menunjukan bahwa perubahan tersebut akan mengakibatkan perubahan harga dan pendapatan nasional rill ke arah yang bertentangan.[9]

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Agregat Demand (Permintaan Agregat) didefinisikan sebagai tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam ekonomi pada berbagai tingkat harga. Sedangkan Penawaran Agregat (Aggregate Supply) didefinisikan sebagai jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam suatu Negara pada suatu tahun tertentu. Analisis AD-AS merupakan model penentuan keseimbangan dengan menggunakan pemisahan harga berubah. Dalam analisis AD-AS, Penawaran Agregat dibedakan atas :
1.      Penawaran Agregat Jangka Pendek ( Short Run Aggregate Supply) atau SRAS.
2.      Penawaran Agregat Jangka Panjang ( Long Run Aggregate Supply) atau LRAS.
            Kurva permintaan agregat AD menggambarkan hubungan di antara tingkat harga dengan barang dan jasa yang akan dibeli (dalam nilai riil) dalam perekonomian. Sifat kurva Agregat Demand yang menurun krbawah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
1.      Tingkat Harga dan Pengeluaran Rumah Tangga
2.      Tingkat Harga, Suku Bunga dan Investasi
3.      Tingkat Harga, Ekspor dan Impor
            Kurva penawaran Agregat (AS) adalah suatu kurva yang berbentuk melengkung dari kiri-bawah ke kanan-atas dengan tingkat kelenngkungan yang semakin tinggi.
Dua faktor dapat dipandang sebagai penyebab dari bentuk kurva Agregat Supply yang melengkung ke atas, yaitu :
1.      Efek Hukum Hasil Tambahan yang Semakin Berkurang
2.      Pasaran Tenaga Kerja dan Kurva Penawaran Agregat
Keseimbangan Permintaan-Penawaran Agregat (AD-AS) dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1.      Keseimbangan Makroekonomi
2.      Penyebab Perubahan Keseimbangan



3.2 Saran
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini banyak kelemahan dan kekurangan, sehingga diharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan pemahaman yang penulis dapatkan dalam pembuatan tugas-tugas lain.


[1] Sadono Sadono, makro ekonomi teori pengantar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,2016 hal.227-228
[3] Sukirno, Sadono., Makroekonomi modern, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012 hlm 81
[4] Karl E.Case dan Ray C. Fair, prinsip-prinsip ekonomi edisi8 jilid2, Erlangga, Jakarta,2007, hal 193
[5] Ibid 238-239
[6] Op.cid 197
[7] Ibid 242-244
[8] http://annisanurhikmayati.blogspot.co.id/2017/01/keseimbangan-ad-as.html
[9] http://trisnatrichy.blogspot.co.id/2013/03/keseimbangan-agregat-demand-ad-agregat.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KESEIMBANGAN AD-AS